Jumat, 11 Mei 2012

PERKEMBANGAN BAHASA ANAK




PERKEMBANGAN BAHASA ANAK



                                            





J. FERNANDO H. SIHOMBING
2315076626

PENDIDIKAN BAHASA PRANCIS
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA




Kata Pengantar
Linguistik dan bahasa
       Salah komunikasi membawa kematian, itulah yang terjadi Saat Mbah Maridjan meninggal karena yang terpikir oleh saya adalah sangat disayangkan mengapa itu harus terjadi. komunikasi telah disampaikan oleh alam namun tidak dimengerti oleh Mbah Maridjan. Mengapa demikian, karena saat itu Mbah Maridjan tetap bertahan di rumahnya karena merasa dirinya seorang kuncen (juru kunci gunung merapi), padahal gunung berapi sudah memperingatkan sejak awal dengan gempa-gempa sebelum gunung meletus. Itulah pentingnya komunikasi khususnya komunikasi dua arah agar maksud atau arti yang akan disampaikan pemberi pesan sampai kepada penerima pesan.
Bahasa adalah alat komunikasi yang memerlukan pengetahuan dari segala disiplin ilmu, salah satunya adalah bidang neurologi atau ilmu saraf yang merupakan factor penentu kemampuan berbahasa seseorang. Linguistik dan bahasa adalah dua istilah yang berbeda, tetapi keduanya erat kaitannya karena bahasa merupakan obyek dalam linguistik. Bahasa sudah ada sejak manusia ada sehingga manusia dapat saling berkomunikasi dan saling mengenal satu sama lain.
       Linguistik baru dikenal dan diakui sebagai salah satu disiplin ilmu pada abad 19 yang dipelopori oleh Ferdinand de Saussure. Saussure juga menjelaskan apa sebenarnya bahasa itu dan bagaimana keadaan bahasa itu dalam otak. Saussure memperkenalkan konsep langue (bahasa), dan parole (bertutur). (The distinction he introduced between language and speech – langue and parole)[1]
       Bahasa hadir dalam setiap aktivitas manusia sehingga kajian linguistikpun menjadi sangat luas dan bahasa merupakan alat, isi dan bentuk pikiran manusia atau bisa dikatakn bahasa adalah hasil pemikiran manusia. (Language is a tool, the content, and the form of human thingking).[2] Dalam perkembangan linguistik, linguistik berkembang dan banyak kasus menjadikan linguistik memiliki banyak cabang dalam kajiannya dan tidak jarang menjadi kajian disiplin ilmu baru. Misalnya saja psikolinguistik. Psikolinguistik adalah cikal bakal lahirnya kajian disiplin ilmu neurolinguistik karena kajian dalam psikolinguistik adalah psikologi dan linguistik. Psikologi mempelajari kejiwaan. (la psychologie étudie la croissance mentale[3]) dan dalam kejiwaan seseorang, tentu saja orang berpikir dan proses berpikir ada di dalam otak.
`



ISI
1.       Perkembangan Bahasa anak
Pemerolehan bahasa merupakan hal alami yang mana semua orang mengalami proses yang sama dalam pemerolehan bahasa. Bahasa sebagai obyek dari linguistik, telah di teliti oleh para ahli linguistik dan secara linguistik, perkembangan bahasa anak dapat dilihat dalam dua tahapan, yaitu :
a.     Tahap perkembangan artikulasi dan vokalisasi pada anak
Pada tahap ini anak sudah mampu menghasilkan bunyi-bunyi vokal seperti ‘’aaa’’ atau uuu’’ ataupun juga ‘’ooo ’’ dalam mengekspresikan perasaan tertentu (At 19 month, the child began using ‘bowwow’ in situations where earlier ‘dog’ had accurred). [4]  Perkembangan bahasa anak gencar-gencarnya berkembang pada umur 1 tahun, mulai dari menghasilkan bunyi-bunyian tak beraturan seperti suara dengkuran, tangisan, bunyi-bunyi vokal, kemudian mulailah anak ‘belajar’ bahasa ibunya perlahan-lahan dan meniru satu demi satu kata yang didengarnya (While different researchers’ proposals diverge in some respects, five main stages are generally recognized in the child language acquisition literature (see Kent&Miolo, 1995) )[5] :
(1) Birth–1 month: Crying and reflexive vocalisations, for example grunts, belches and coughs.[6]
(2) 1–2 months: Vocal play, cooing or phonation. The child starts producing vocalisations with a vowel-like quality.[7]
(3) 2–6 months: Vocal play with an increasing degree of supralaryngeal articulatory behaviour.[8]
(4) 6 months +: Emergence of multisyllabic babbling known as repetitive, reduplicated or canonical babbling. The child starts combining vowellike and consonant-like sounds [9]
(5) ~9–12 months: More complex babbling or jargon babbling. These utterances can be highly complex in their phonetic and acoustic structure.[10]


b.       Tahap perkembangan kata dan kalimat
-  Kata pertama yang sangat ditentukan oleh penguasaan artikulasi. (de Vilers, 1979 dalam Purwo, 1989)[11]
-  Kalimat satu kata berawal dari peniruan kata yang sering diucapkan dan didengar dari orang dewasa yang terjadi pada saat anak berumur 18 bulan.[12] Proses meniru ini berperan penting dalam pemerolehan bahasa ibu anak. Anak meniru langsung dari orang dewasa di sekitarnya. ‘’Children imitate adults utterence’’[13]
-  Kalimat dua kata yang pada umumnya bersifat taksa, seperti dalam bahasa Inggris doggie bed yang ditujukan pada tempat berbaring anjing yang ditirukan dari orang dewasa.[14]
-  Kalimat lebih lanjut yang merupakan perluasan kalimat dari dua kata seperti kata di atas seperti agen + aksi = daddy throw dan masih banyak contoh lainnya. Tahap ini dilakukan oleh anak berusia hampir dua tahun.[15]
-  Tahap menjelang sekolah, biasanya anak berumur lima atau enam tahun, seperti pendidik taman kanak-kanak (TK) atau play group.  Pada masa ini anak semakin aktif dan banyak bertanya karena ‘’setelah berumur 2 tahun, bobot otak menjadi 3 kali lipat dan kematangan otak mencapai 60%  orang dewasa.‘' [16]

1.1.                         Pemerolehan bahasa pada anak
Bahasa mulai dikenal sejak manusia perlu berkomunikasi dan berinteraksi. Begitu juga pada anak, sejak anak baru lahirpun, sebenarnya dia telah berbicara namun dengan bahasa tubuh atau gerakan ataupun dengan suara-suara terntentu seperti menangis ataupun tertawa.
1.1.1. Pemerolehan Bahasa Pertama pada anak
Pembelajaran bahasa pada anak berkaitan erat dengan proses akuisisi bahasa yang diperoleh dari kontak komunikasi pertamanya dan kontak komunikasi dengan lingkungan sekitarnya. Pemerolehan bahasa seorang anak terjadi pada otaknya pada saat anak mulai berkomunikasi dengan orang tua dan lingkungan sekitarnya. Pada awalnya anak kecil, ketika berumur antara 8 bulan – 10 bulan memulai bahasanya lewat bunyi-bunyian. (Seorang anakpun bisa membuat aturan tata bahasa secara natural di otaknya pada saat dia berkomunikasi dan ada beberapa koreksi dari orang yang ada di sekitarnya jika ia melakukan kesalahan pada saat berbicara. Selain itu di dalam otak anak juga mulai menyimpan memori-memori koreksi dari lingkungan sekitarnya dan otaknya mulai berpikir untuk mengembangkan kata-kata atau kalimat yang didengarnya dari orang dewasa yang berada di sekitarnya. Proses ini kemudian menjadi kemampuan linguistik seorang anak.
Kemampuan linguistik anak terdiri dari kemampuan memahami dan kemampuan melahirkan atau membuat kalimat-kalimat baru  yang dalam.linguistik transformasi generatif disebut sebagai perlakuan, atau pelaksanaan bahasa, atau performansi. Hal ini menjadi suatu kompetensi berbahasa seorang anak. Berbicara mengenai perkembangan bahasa anak, saya teringat dalam bab 9 dari buku Psycholinguistics-An Introduction to the psychology of language karangan Foss dan Hakes, mereka mengemukakan bahwa proses yang ada dalam pemerolehan bahasa adalah:
i.          Penguatan
« Adults respon positively to some of the utterances children produce » penguatan (reinforcement[17]) di sini berarti orang dewasa yang berada di sekitar anak harus bisa memberikan respon positif atas usaha mengucapkan kata sehingga anak merasa dikuatkan kemauan untuk ‘belajar’ bahasa.
ii.        Peniruan
« imitation involves a kind of social interaction in wich someone »   peniruan (Imitation[18])  maksudnya adalah seorang anak dalam memperoleh bahasa tidak langsung begitu saja, tapi juga melalu proses meniru suara, kata-kata dan bahkan bisa saja kalimat dari orang dewasa yang ada di sekitarnya.
iii.     Perluasan
« Taking the child’s utterance and expanding them into appropriate full sentence » Perluasan (expansion[19]) maksudnya adalah ketika anak berbicara salah (konteksnya bicaranya lengkap), orang dewasa yang ada di sekitarnya yang memperbaiki kalimatnya yang salah dengan kalimat yang benar atau dengan struktur yang lengkap.
iv.      Model dan pemodelan
« The model provided by an expansion is of a special fort, for it occurs when the child is actually trying to produce an utterance expressing the meaning more perfectly expressed by expansion. [20]»  Maksudnya adalah dengan adanya model (orang dewasa) menjadi pemodelan anak untuk meningkatkan kapasitasnya dalam berbahasa.
Semua proses yang dijabarkan di sini juga berkaitan satu sama lain dan proses ini takkan bisa terpisahkan karena semuanya saling melengkapi proses satu sama lain.
1.1.2.                Pemerolehan bahasa kedua pada remaja
Dalam proses pemerolehan bahasa kedua, prosesnya hampir mirip dengan pemerolehan bahasa pertama atau bahasa ibu. Pada kesempatan ini saya akan membahas mengenai pemerolehan bahasa kedua pada remaja.  Sebelum beranjak ke pembahasan selanjutnya, perlu kita ingat lagi bahwa yang berperan penting dalam proses pemerolehan bahasa, baik bahasa pertama atau bahasa ibu ataupun bahasa kedua adalah otak. Otak mempunyai dua bagian yaitu hemisfer kanan dan hemisfer kiri. « Hemisfer kanan berfungsi untuk mengkontrol kesadaran letak tubuh dan anggota tubuh lainnya, sedangkan hemisfer kiri untuk membentuk ide. Pada hemisfer serebral Kiri telah ditemukan bagian-bagian yang bersangkut paut dengan bahasa[21] » 
Perlu diketahui bahwa jika seseorang belum melewati masa sebelum puber, jika terjadi kerusakan pada otak sebelah kiri yang mana pada bagian ini ditemukan bagian-bagian bahasa, masih dapat disembuhkan dan bisa normal kembali karena selama belum melewati masa sebelum puber, otak belum mengalami proses penyebelahan (lateralization/laterasasi) karena sebelum masa puber otak mengalami proses penyebelahan yang mengakibatkan otak tidak elastis lagi. « Saat otak belum mengalami proses penyebelahan, jika terjadi kerusakan pada hemisfer kiri, maka hemisfer kanan akan mengambil alih fungsi hemisfer kiri karena otak masih elastis. Ini terjadi jika hemisfer kiri benar-benar mengalami kerusakan.[22] »  

Faktor usia
Menurut Lenneberg, masa dimana otak masih elastis dan berdampak mudah belajar bahasa disebut sebagai periode kritis bahasa atau Critical Periode Language.[23] Faktor usia sangat menentukan dalam pemerolehan bahasa, apalagi dalam pembelajaran bahasa (pemerolehan bahasa kedua). Selanjutnya, apabila otak sudah mengalami fase lateralisasi, dan sudah lewat masa periode kritisn bahasanya, bagaimana ia dapat belajar bahasa ? jawabannya tetap bisa belajar bahasa namun tidak bisa belajar seperti dulu, maksudnya tidak semudah saat berada pada periode kritis bahasa yang lalu, yang sangat cepat menyerap bahasa asing. Namum dalam hal tata bahasa, orang dewasa lebih cepat menangkap, namun untuk bisa berbicara seperti penutur asing tidak akan bisa lagi.
 Faktor usia memang mempengaruhi proses pemerolehan bahasa kedua, namun bukan berarti yang sudah melewati masa puber atau yang sudah tua tidak bias belajar bahasa asing atau sulit belajar bahasa asing. “Thus, it is not simply the case that ‘younger is better’: children are superior to adults only in the long run. [24] Anak-anak mungkin lebih mudah dalam pelafalan dalam bahasa dibandingkan dengan orang dewasa, tapi orang dewasa lebih cepat dari anak-anak dalam pemerolehan morfologi dan sintaksis.

Kajian neurolinguistik dalam perkembangan bahasa anak.
       Menurut dari asal katanya, neurolinguistik merupakan gabungan dari dua kajian disiplin ilmu yang berasal dari 2 kata yakni neurologi dan linguistik.  Linguistik mengalami perkembangan yang sangat pesat dan menghasilkan beberapa kajian disiplin ilmu baru dengan menggabungkannya dua kajian diplin ilmu yakni neurologi dan linguistik. Neurologi biasanya berada di koridor kedokteran dan behubungan erat dengan tempat kerjanya, sedangkan linguistik ada kajian disiplin ilmu yang menjadikan bahasa sebagai obyek kajiannya. Bahasa diperoleh anak dari kontak pertama orangtua dan lingkungan sekitarnya sehinggga menjadikan bahasa yang diperolehnya menjadi bahasa ibunya. Dalam otak, proses pemerolehan bahasa terjadi di sini.



1.2.  Gangguan otak, Gangguan bahasa dan Gangguan berbicara
Otak merupakan organ vital dari manusia. Jika otak terganggu, maka aktivitas yang dilakukan seseorangpun akan terganggu. Gangguan fungsi saraf kerja otak mempengaruhi komunikasi seseorang baik untuk memahami yang didengar dan memproduksi bahasa yang akan digunakan untuk berkomunikasi. Gangguan-gangguan  tersebut bisa disebabkan karena terganggunya fungsi kerja saraf  di otak belahan kiri, otak belahan kanan, maupun karena fungsi-fungsi lain yang berakibat terhadap kemampuan verbal dan nonverbal manusia.
Ada beberapa gangguan otak yang tentunya menjadi gangguan berbahasa seorang anak. Misalkan saja orang yang mengalami stroke mengalami gangguan bertutur dan itu sudah tentu menjadi salah satu gangguan bahasa. Selain itu ada juga gangguan kefasihan /  gagap. Untuk mengatasi gangguan ini perlu dilakukan proses latihan berbicara
Gangguan berbahasa dapat dijadikan titik tolak bagi ahli-ahli bahasa. Berbagai penelitian dilakukan untuk mengkaji lebih dalam tentang gangguan bahasa. Gangguan bahasa sangat berkaitan dengan saraf yang ada dalam setiap otak manusia.



1.2.1.  Hubungan makalah dengan pengajaran
Mengajar bahasa asing khususnya bahasa perancis, bukanlah hal mudah. Seperti dalam buku Cours de didactique du français langue étrangère et seconde dikatakan bahwa sepanjang sejarah pengajaran bahasa, ada begitu banyak perubahahan metode karena memang pada dasarnya bahasa itu ruwet atau sulit jadi diperlukan metode yang tepat dalam mengajar bahasa asing khususnya bagi kita yang akan mengajar bahasa Prancis. (2002: 171).
       Setelah mengetahui bahwa mengajar bahasa asing khususnya bahasa perancis itu tidaklah mudah, belum lagi setelah kita tahu bahwa sudah pasti saat menjadi tenaga pendidik akan mengajar remaja yang sudah melewati periode kritis bahasa, semakin jelas bahwa mengajar bahasa asing itu sangatlah sulit, namun bukan berarti membuat kita langsung patah arang. Jadikan hal yang seulit sebagai tantangan, bukan sebuah hambatan.



PENUTUP
Bahasa adalah alat komunikasi yang memerlukan pengetahuan dari segala disiplin ilmu, salah satunya adalah bidang neurologi atau ilmu saraf yang merupakan factor penentu kemampuan berbahasa seseorang. Linguistik dan bahasa adalah dua istilah yang berbeda, tetapi keduanya erat kaitannya karena bahasa merupakan obyek dalam linguistik. Bahasa sudah ada sejak manusia ada sehingga manusia dapat saling berkomunikasi dan saling mengenal satu sama lain.
       Bahasa hadir dalam setiap aktivitas manusia sehingga kajian linguistikpun menjadi sangat luas dan bahasa merupakan alat, isi dan bentuk pikiran manusia atau bisa dikatakn bahasa adalah hasil pemikiran manusia.
Pemerolehan bahasa merupakan hal alami yang mana semua orang mengalami proses yang sama dalam pemerolehan bahasa. Bahasa sebagai obyek dari linguistik, telah di teliti oleh para ahli linguistik dan secara linguistik, perkembangan bahasa anak dapat dilihat dalam dua tahapan, yaitu :
-         Tahap perkembangan artikulasi dan vokalisasi pada anak : di sini terjadi proses menghasilkan bunyi dari anak bayi.
-         Tahap perkembangan kata dan kalimat : di tahap ini terjadi proses pembentukan kata dari bunyi-bunyi yang didengar anak kecil menjadi sebuah kata dan kata-kata tersebut disusun menjadi sebuah kalimat
Sebagai calon pendidik yang sudah tahu bahwa mengajar bahasa asing khususnya bahasa perancis itu tidaklah mudah, jangan sampai kita menjadi patah arang, namun jadikan sebagai tantangan dan pada masa-masa persiapan menjadi pendidik, hendaknya kita mempersiapkan diri sebaik mungkin agar menjadi pendidik bukan hanya seorang pengajar atau mungkin hanya seorang ‘pentransfer’ ilmu ke siswa.




[1] Jean Caron. An Introduction to psycholinguistics. Inggris: Harvester Wheatsheaf. 1992.  p. 2
[2] Herder, dikutip dari R. H. Robins. A Short History of linguistics. London: Longman. 1976. p. 151
[3]  Piaget, Inhelder. B. La psychologie de l'enfant. Paris: Presses Universitaires de France. 1993. p. 1
[4] Donald J. Foss & David T. Hakes. Psycholinguistics-an introduction to the psychology of language. 1978. New Jersy: Prentice-Hall, inc., p. 236
[5] David Singleton and Lisa Ryan. Language Acquisition:The Age Factor. Toronto: Multilingual Matter. 2004.  p. 7-8
[6] Ibid. p. 7-8
[7] Ibid. p. 7-8
[8] Ibid. p. 7-8
[9] Ibid. p. 7-8
[10]Ibid. p. 7-8
[11] Gusdi Sastra. Neurolinguistik suatu pengantar. Bandung : Alfabeta. 2011. P. 146 
[12] ibid
[13] Donald J. Foss & David T. Hakes. Op. cit., p. 271
[14] Gusdi Sastra. Loc. Cit.
[15] ibid
[16] Bambang Kaswanti Purwo. “Ancangan psikolinguistik dan pengajaran bahasa pertama,” Pusparagram Linguistik dan pengajaran bahasa. Jakarta: Arcan. 1986. p. 165
[17] Donald J. Foss & David T. Hakes. Op. cit., p. 267
[18] Ibid. p. 270
[19] Ibid. p. 271
[20] Ibid. p. 272
[21] Soenjono Dardjowidjojo. “Dasar-dasar Neurofisiologis Dalam Penguasaan Bahasa,” Pusparagram Linguistik dan pengajaran bahasa. Jakarta: Arcan. 1986. p. 145
[22] Ibid. p. 146
[23] Alene Moyer. Age, Accent and Experience in Second Language Acquisition.Toronto: Multilingual Matters Ltd 2004. p. 17
[24] Krashen. Principles and Practice in Second Language Acquisition (Language Teaching Methodology. 1982. p.43








Daftar Acuan:
-          Alene Moyer. Age, Accent and Experience in Second Language Acquisition.Toronto: Multilingual Matters Ltd 2004.
-          Bambang Kaswanti Purwo. “Ancangan psikolinguistik dan pengajaran bahasa pertama,” Pusparagram Linguistik dan pengajaran bahasa. Jakarta: Arcan. 1986.
-          David Singleton and Lisa Ryan. Language Acquisition:The Age Factor. Toronto: Multilingual Matter. 2004.  
-          Donald J. Foss & David T. Hakes. Psycholinguistics-an introduction to the psychology of language. 1978. New Jersy: Prentice-Hall, inc.,
-          Gusdi Sastra. Neurolinguistik suatu pengantar. Bandung : Alfabeta. 2011.
-          Herder, dikutip dari R. H. Robins. A Short History of linguistics. London: Longman. 1976.
-          Jean Caron. An Introduction to psycholinguistics. Inggris: Harvester Wheatsheaf1992
-          Piaget, InhelderB. La psychologie de l'enfant. Paris: Presses Universitaires de France1993.
-          Soenjono Dardjowidjojo. “Dasar-dasar Neurofisiologis Dalam Penguasaan Bahasa,” Pusparagram Linguistik dan pengajaran bahasa. Jakarta: Arcan. 1986.
-          Stephen Krashen. Principles and Practice in Second Language Acquisition (Language Teaching Methodology. 1982.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar