PERKEMBANGAN BAHASA ANAK
J. FERNANDO H. SIHOMBING
2315076626
PENDIDIKAN BAHASA PRANCIS
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
Kata Pengantar
Linguistik dan bahasa
Salah komunikasi membawa kematian, itulah
yang terjadi Saat Mbah Maridjan meninggal karena yang terpikir oleh saya adalah
sangat disayangkan mengapa itu harus terjadi. komunikasi telah disampaikan oleh
alam namun tidak dimengerti oleh Mbah Maridjan. Mengapa demikian, karena saat
itu Mbah Maridjan tetap bertahan di rumahnya karena merasa dirinya seorang kuncen (juru kunci gunung merapi),
padahal gunung berapi sudah memperingatkan sejak awal dengan gempa-gempa
sebelum gunung meletus. Itulah pentingnya komunikasi khususnya komunikasi dua
arah agar maksud atau arti yang akan disampaikan pemberi pesan sampai kepada
penerima pesan.
Bahasa
adalah alat komunikasi yang memerlukan pengetahuan dari segala disiplin ilmu,
salah satunya adalah bidang neurologi atau ilmu saraf yang merupakan factor
penentu kemampuan berbahasa seseorang. Linguistik dan bahasa adalah dua istilah
yang berbeda, tetapi keduanya erat kaitannya karena bahasa merupakan obyek
dalam linguistik. Bahasa sudah ada sejak manusia ada sehingga manusia dapat
saling berkomunikasi dan saling mengenal satu sama lain.
Linguistik baru dikenal dan diakui sebagai salah satu disiplin ilmu pada
abad 19 yang dipelopori oleh Ferdinand de Saussure. Saussure juga menjelaskan
apa sebenarnya bahasa itu dan bagaimana keadaan bahasa itu dalam otak. Saussure
memperkenalkan konsep langue (bahasa),
dan parole (bertutur). (The distinction he introduced between
language and speech – langue and parole)[1]
Bahasa hadir
dalam setiap aktivitas manusia sehingga kajian linguistikpun menjadi sangat
luas dan bahasa merupakan alat, isi dan bentuk pikiran manusia atau bisa
dikatakn bahasa adalah hasil pemikiran manusia. (Language is a tool, the content, and the form of human thingking).[2]
Dalam perkembangan linguistik, linguistik berkembang dan banyak kasus
menjadikan linguistik memiliki banyak cabang dalam kajiannya dan tidak jarang
menjadi kajian disiplin ilmu baru. Misalnya saja psikolinguistik.
Psikolinguistik adalah cikal bakal lahirnya kajian disiplin ilmu
neurolinguistik karena kajian dalam psikolinguistik adalah psikologi dan
linguistik. Psikologi mempelajari kejiwaan. (la psychologie étudie la croissance mentale[3]) dan dalam kejiwaan seseorang, tentu saja orang berpikir
dan proses berpikir ada di dalam otak.
`
ISI
1.
Perkembangan Bahasa
anak
Pemerolehan bahasa merupakan hal alami yang mana semua
orang mengalami proses yang sama dalam pemerolehan bahasa. Bahasa sebagai obyek
dari linguistik, telah di teliti oleh para ahli linguistik dan secara
linguistik, perkembangan bahasa anak dapat dilihat dalam dua tahapan,
yaitu :
a.
Tahap perkembangan
artikulasi dan vokalisasi pada anak
Pada tahap ini
anak sudah mampu menghasilkan bunyi-bunyi vokal seperti ‘’aaa’’ atau uuu’’
ataupun juga ‘’ooo ’’ dalam mengekspresikan perasaan tertentu (At 19 month, the child began using ‘bowwow’
in situations where earlier ‘dog’ had accurred). [4]
Perkembangan bahasa anak
gencar-gencarnya berkembang pada umur 1 tahun, mulai dari menghasilkan
bunyi-bunyian tak beraturan seperti suara dengkuran, tangisan, bunyi-bunyi
vokal, kemudian mulailah anak ‘belajar’ bahasa ibunya perlahan-lahan dan meniru
satu demi satu kata yang didengarnya (While different researchers’ proposals diverge in some respects,
five main stages are generally recognized in the child language acquisition
literature (see Kent&Miolo, 1995) )[5]
:
(1) Birth–1 month: Crying and reflexive vocalisations, for
example grunts, belches and coughs.[6]
(2) 1–2 months: Vocal play, cooing or phonation. The child starts
producing vocalisations with a vowel-like quality.[7]
(3) 2–6 months: Vocal play with an increasing degree of
supralaryngeal articulatory behaviour.[8]
(4) 6 months +: Emergence of multisyllabic babbling known as
repetitive, reduplicated or canonical babbling. The child starts combining
vowellike and consonant-like sounds [9]
(5) ~9–12 months: More complex babbling or jargon babbling.
These utterances can be highly complex in their phonetic and acoustic
structure.[10]
b.
Tahap perkembangan
kata dan kalimat
- Kata pertama yang sangat ditentukan oleh penguasaan
artikulasi. (de Vilers, 1979 dalam Purwo, 1989)[11]
- Kalimat satu kata berawal dari peniruan kata yang sering
diucapkan dan didengar dari orang dewasa yang terjadi pada saat anak berumur 18
bulan.[12]
Proses meniru ini berperan penting dalam pemerolehan bahasa ibu anak. Anak
meniru langsung dari orang dewasa di sekitarnya. ‘’Children imitate adults utterence’’[13]
- Kalimat dua kata yang pada umumnya bersifat taksa,
seperti dalam bahasa Inggris doggie bed
yang ditujukan pada tempat berbaring anjing yang ditirukan dari orang dewasa.[14]
- Kalimat lebih lanjut yang merupakan perluasan kalimat
dari dua kata seperti kata di atas seperti agen + aksi = daddy throw dan masih banyak contoh lainnya. Tahap ini dilakukan oleh
anak berusia hampir dua tahun.[15]
- Tahap menjelang sekolah, biasanya anak berumur lima atau
enam tahun, seperti pendidik taman kanak-kanak (TK) atau play group. Pada masa ini
anak semakin aktif dan banyak bertanya karena ‘’setelah berumur 2 tahun, bobot otak menjadi 3 kali lipat dan kematangan
otak mencapai 60% orang dewasa.‘' [16]
1.1.
Pemerolehan bahasa pada anak
Bahasa mulai dikenal sejak manusia perlu berkomunikasi
dan berinteraksi. Begitu juga pada anak, sejak anak baru lahirpun, sebenarnya
dia telah berbicara namun dengan bahasa tubuh atau gerakan ataupun dengan
suara-suara terntentu seperti menangis ataupun tertawa.
1.1.1. Pemerolehan Bahasa Pertama pada anak
Pembelajaran bahasa pada anak berkaitan erat dengan
proses akuisisi bahasa yang diperoleh dari kontak komunikasi pertamanya dan
kontak komunikasi dengan lingkungan sekitarnya. Pemerolehan bahasa seorang anak
terjadi pada otaknya pada saat anak mulai berkomunikasi dengan orang tua dan
lingkungan sekitarnya. Pada awalnya anak kecil, ketika berumur antara 8 bulan –
10 bulan memulai bahasanya lewat bunyi-bunyian. (Seorang anakpun bisa membuat
aturan tata bahasa secara natural di otaknya pada saat dia berkomunikasi dan
ada beberapa koreksi dari orang yang ada di sekitarnya jika ia melakukan
kesalahan pada saat berbicara. Selain itu di dalam otak anak juga mulai
menyimpan memori-memori koreksi dari lingkungan sekitarnya dan otaknya mulai
berpikir untuk mengembangkan kata-kata atau kalimat yang didengarnya dari orang
dewasa yang berada di sekitarnya. Proses ini kemudian menjadi kemampuan
linguistik seorang anak.
Kemampuan linguistik anak terdiri dari kemampuan memahami
dan kemampuan melahirkan atau membuat kalimat-kalimat baru yang dalam.linguistik transformasi generatif
disebut sebagai perlakuan, atau pelaksanaan bahasa, atau performansi. Hal ini
menjadi suatu kompetensi berbahasa seorang anak. Berbicara
mengenai perkembangan bahasa anak, saya teringat dalam bab 9 dari buku Psycholinguistics-An Introduction to the
psychology of language karangan Foss dan Hakes, mereka mengemukakan bahwa
proses yang ada dalam pemerolehan bahasa adalah:
i.
Penguatan
« Adults respon positively to some of the utterances
children produce » penguatan
(reinforcement[17])
di sini berarti orang dewasa yang berada di sekitar anak harus bisa memberikan
respon positif atas usaha mengucapkan kata sehingga anak merasa dikuatkan
kemauan untuk ‘belajar’ bahasa.
ii.
Peniruan
« imitation involves a kind of social
interaction in wich someone » peniruan (Imitation[18]) maksudnya adalah seorang anak dalam memperoleh
bahasa tidak langsung begitu saja, tapi juga melalu proses meniru suara,
kata-kata dan bahkan bisa saja kalimat dari orang dewasa yang ada di sekitarnya.
iii.
Perluasan
« Taking the child’s utterance and expanding
them into appropriate full sentence » Perluasan (expansion[19])
maksudnya adalah ketika anak berbicara salah (konteksnya bicaranya lengkap),
orang dewasa yang ada di sekitarnya yang memperbaiki kalimatnya yang salah
dengan kalimat yang benar atau dengan struktur yang lengkap.
iv.
Model
dan pemodelan
« The model provided by an expansion is of a
special fort, for it occurs when the child is actually trying to produce an
utterance expressing the meaning more perfectly expressed by expansion. [20]»
Maksudnya adalah dengan adanya model
(orang dewasa) menjadi pemodelan anak untuk meningkatkan kapasitasnya dalam
berbahasa.
Semua proses yang dijabarkan di sini juga berkaitan satu sama lain dan
proses ini takkan bisa terpisahkan karena semuanya saling melengkapi proses
satu sama lain.
1.1.2.
Pemerolehan bahasa
kedua pada remaja
Dalam proses pemerolehan bahasa kedua, prosesnya hampir
mirip dengan pemerolehan bahasa pertama atau bahasa ibu. Pada kesempatan ini
saya akan membahas mengenai pemerolehan bahasa kedua pada remaja. Sebelum beranjak ke pembahasan selanjutnya,
perlu kita ingat lagi bahwa yang berperan penting dalam proses pemerolehan
bahasa, baik bahasa pertama atau bahasa ibu ataupun bahasa kedua adalah otak.
Otak mempunyai dua bagian yaitu hemisfer kanan dan hemisfer kiri. « Hemisfer kanan berfungsi untuk mengkontrol
kesadaran letak tubuh dan anggota tubuh lainnya, sedangkan hemisfer kiri untuk
membentuk ide. Pada hemisfer serebral Kiri telah ditemukan bagian-bagian yang
bersangkut paut dengan bahasa[21] »
Perlu diketahui bahwa jika seseorang belum melewati masa sebelum
puber, jika terjadi kerusakan pada otak sebelah kiri yang mana pada bagian ini
ditemukan bagian-bagian bahasa, masih dapat disembuhkan dan bisa normal kembali
karena selama belum melewati masa sebelum puber, otak belum mengalami proses
penyebelahan (lateralization/laterasasi)
karena sebelum masa puber otak mengalami proses penyebelahan yang mengakibatkan
otak tidak elastis lagi. « Saat otak
belum mengalami proses penyebelahan, jika terjadi kerusakan pada hemisfer kiri,
maka hemisfer kanan akan mengambil alih fungsi hemisfer kiri karena otak masih
elastis. Ini terjadi jika hemisfer kiri benar-benar mengalami kerusakan.[22] »
Faktor usia
Menurut Lenneberg, masa dimana otak masih elastis dan berdampak mudah
belajar bahasa disebut sebagai periode kritis bahasa atau Critical Periode Language.[23]
Faktor usia sangat menentukan dalam
pemerolehan bahasa, apalagi dalam pembelajaran bahasa (pemerolehan bahasa
kedua). Selanjutnya,
apabila otak sudah mengalami fase lateralisasi, dan sudah lewat masa periode
kritisn bahasanya, bagaimana ia dapat belajar bahasa ? jawabannya tetap
bisa belajar bahasa namun tidak bisa belajar seperti dulu, maksudnya tidak
semudah saat berada pada periode kritis bahasa yang lalu, yang sangat cepat
menyerap bahasa asing. Namum dalam hal tata bahasa, orang dewasa lebih cepat
menangkap, namun untuk bisa berbicara seperti penutur asing tidak akan bisa
lagi.
Faktor usia memang
mempengaruhi proses pemerolehan bahasa kedua, namun bukan berarti yang sudah
melewati masa puber atau yang sudah tua tidak bias belajar bahasa asing atau
sulit belajar bahasa asing. “Thus, it is not simply the case that ‘younger
is better’: children are superior to adults only in the long run.
“[24]
Anak-anak mungkin lebih mudah dalam pelafalan dalam bahasa dibandingkan dengan
orang dewasa, tapi orang dewasa lebih cepat dari anak-anak dalam pemerolehan
morfologi dan sintaksis.
Kajian neurolinguistik dalam perkembangan bahasa anak.
Menurut dari
asal katanya, neurolinguistik merupakan gabungan dari dua kajian disiplin ilmu
yang berasal dari 2 kata yakni neurologi dan linguistik. Linguistik mengalami perkembangan yang sangat
pesat dan menghasilkan beberapa kajian disiplin ilmu baru dengan menggabungkannya
dua kajian diplin ilmu yakni neurologi dan linguistik. Neurologi biasanya
berada di koridor kedokteran dan behubungan erat dengan tempat kerjanya,
sedangkan linguistik ada kajian disiplin ilmu yang menjadikan bahasa sebagai
obyek kajiannya. Bahasa diperoleh anak dari kontak pertama orangtua dan
lingkungan sekitarnya sehinggga menjadikan bahasa yang diperolehnya menjadi
bahasa ibunya. Dalam otak, proses pemerolehan bahasa terjadi di sini.
1.2. Gangguan
otak, Gangguan bahasa dan Gangguan berbicara
Otak merupakan organ vital dari manusia. Jika otak
terganggu, maka aktivitas yang dilakukan seseorangpun akan terganggu. Gangguan
fungsi saraf kerja otak mempengaruhi komunikasi seseorang baik untuk memahami
yang didengar dan memproduksi bahasa yang akan digunakan untuk berkomunikasi.
Gangguan-gangguan tersebut bisa
disebabkan karena terganggunya fungsi kerja saraf di otak belahan kiri, otak belahan kanan,
maupun karena fungsi-fungsi lain yang berakibat terhadap kemampuan verbal dan
nonverbal manusia.
Ada beberapa gangguan otak yang tentunya menjadi gangguan
berbahasa seorang anak. Misalkan saja orang yang mengalami stroke mengalami
gangguan bertutur dan itu sudah tentu menjadi salah satu gangguan bahasa.
Selain itu ada juga gangguan kefasihan /
gagap. Untuk mengatasi gangguan ini perlu dilakukan proses latihan
berbicara
Gangguan berbahasa dapat dijadikan titik tolak bagi
ahli-ahli bahasa. Berbagai penelitian dilakukan untuk mengkaji lebih dalam
tentang gangguan bahasa. Gangguan bahasa sangat berkaitan dengan saraf yang ada
dalam setiap otak manusia.
1.2.1.
Hubungan makalah
dengan pengajaran
Mengajar
bahasa asing khususnya bahasa perancis, bukanlah hal mudah. Seperti dalam buku Cours de didactique du français
langue étrangère et seconde
dikatakan bahwa sepanjang sejarah pengajaran bahasa, ada begitu banyak
perubahahan metode karena memang pada dasarnya bahasa itu ruwet atau sulit jadi
diperlukan metode yang tepat dalam mengajar bahasa asing khususnya bagi kita
yang akan mengajar bahasa Prancis. (2002: 171).
Setelah mengetahui bahwa mengajar bahasa
asing khususnya bahasa perancis itu tidaklah mudah, belum lagi setelah kita
tahu bahwa sudah pasti saat menjadi tenaga pendidik akan mengajar remaja yang
sudah melewati periode kritis bahasa, semakin jelas bahwa mengajar bahasa asing
itu sangatlah sulit, namun bukan berarti membuat kita langsung patah arang.
Jadikan hal yang seulit sebagai tantangan, bukan sebuah hambatan.
PENUTUP
Bahasa adalah alat komunikasi yang
memerlukan pengetahuan dari segala disiplin ilmu, salah satunya adalah bidang
neurologi atau ilmu saraf yang merupakan factor penentu kemampuan berbahasa
seseorang. Linguistik dan bahasa adalah dua istilah yang berbeda, tetapi
keduanya erat kaitannya karena bahasa merupakan obyek dalam linguistik. Bahasa
sudah ada sejak manusia ada sehingga manusia dapat saling berkomunikasi dan
saling mengenal satu sama lain.
Bahasa hadir dalam setiap aktivitas manusia sehingga
kajian linguistikpun menjadi sangat luas dan bahasa merupakan alat, isi dan
bentuk pikiran manusia atau bisa dikatakn bahasa adalah hasil pemikiran
manusia.
Pemerolehan
bahasa merupakan hal alami yang mana semua orang mengalami proses yang sama
dalam pemerolehan bahasa. Bahasa sebagai obyek dari linguistik, telah di teliti
oleh para ahli linguistik dan secara linguistik, perkembangan bahasa anak dapat
dilihat dalam dua tahapan, yaitu :
-
Tahap
perkembangan artikulasi dan vokalisasi pada anak : di sini terjadi proses
menghasilkan bunyi dari anak bayi.
-
Tahap
perkembangan kata dan kalimat : di tahap ini terjadi proses pembentukan
kata dari bunyi-bunyi yang didengar anak kecil menjadi sebuah kata dan
kata-kata tersebut disusun menjadi sebuah kalimat
Sebagai
calon pendidik yang sudah tahu bahwa
mengajar bahasa asing khususnya bahasa perancis itu tidaklah mudah, jangan
sampai kita menjadi patah arang, namun jadikan sebagai tantangan dan pada
masa-masa persiapan menjadi pendidik, hendaknya kita mempersiapkan diri sebaik
mungkin agar menjadi pendidik bukan hanya seorang pengajar atau mungkin hanya
seorang ‘pentransfer’ ilmu ke siswa.
[1]
Jean Caron. An Introduction to
psycholinguistics. Inggris: Harvester Wheatsheaf. 1992. p. 2
[2]
Herder, dikutip dari R. H. Robins. A Short History of linguistics. London:
Longman. 1976. p. 151
[3] Piaget, Inhelder. B. La psychologie de l'enfant. Paris: Presses Universitaires de France. 1993. p. 1
[4]
Donald J. Foss & David T. Hakes. Psycholinguistics-an
introduction to the psychology of language. 1978. New Jersy: Prentice-Hall,
inc., p. 236
[5] David Singleton and Lisa Ryan. Language Acquisition:The Age
Factor. Toronto: Multilingual Matter. 2004. p. 7-8
[6] Ibid. p. 7-8
[7] Ibid. p. 7-8
[8] Ibid. p. 7-8
[9] Ibid. p. 7-8
[10]Ibid. p. 7-8
[11]
Gusdi Sastra. Neurolinguistik suatu
pengantar. Bandung : Alfabeta. 2011. P. 146
[12] ibid
[13]
Donald J. Foss & David T. Hakes. Op.
cit., p. 271
[14] Gusdi
Sastra. Loc. Cit.
[15] ibid
[16]
Bambang Kaswanti Purwo. “Ancangan psikolinguistik dan pengajaran bahasa
pertama,” Pusparagram Linguistik dan
pengajaran bahasa. Jakarta: Arcan. 1986. p. 165
[17]
Donald J. Foss & David T. Hakes. Op.
cit., p. 267
[18] Ibid. p. 270
[19]
Ibid. p. 271
[20]
Ibid. p. 272
[21]
Soenjono Dardjowidjojo. “Dasar-dasar Neurofisiologis Dalam Penguasaan Bahasa,” Pusparagram Linguistik dan pengajaran bahasa.
Jakarta: Arcan. 1986. p. 145
[22]
Ibid. p. 146
[23]
Alene Moyer. Age,
Accent and Experience in Second Language Acquisition.Toronto: Multilingual Matters Ltd 2004. p. 17
[24] Krashen. Principles and Practice in Second
Language Acquisition (Language Teaching Methodology. 1982. p.43
Daftar Acuan:
- Alene Moyer. Age, Accent and Experience in Second Language Acquisition.Toronto: Multilingual Matters Ltd 2004.
- Bambang Kaswanti Purwo. “Ancangan psikolinguistik dan pengajaran bahasa pertama,” Pusparagram Linguistik dan pengajaran bahasa. Jakarta: Arcan. 1986.
- David Singleton and Lisa Ryan. Language Acquisition:The Age Factor. Toronto: Multilingual Matter. 2004.
- Donald J. Foss & David T. Hakes. Psycholinguistics-an introduction to the psychology of language. 1978. New Jersy: Prentice-Hall, inc.,
- Gusdi Sastra. Neurolinguistik suatu pengantar. Bandung : Alfabeta. 2011.
- Herder, dikutip dari R. H. Robins. A Short History of linguistics. London: Longman. 1976.
- Jean Caron. An Introduction to psycholinguistics. Inggris: Harvester Wheatsheaf. 1992
- Piaget, Inhelder. B. La psychologie de l'enfant. Paris: Presses Universitaires de France. 1993.
- Soenjono Dardjowidjojo. “Dasar-dasar Neurofisiologis Dalam Penguasaan Bahasa,” Pusparagram Linguistik dan pengajaran bahasa. Jakarta: Arcan. 1986.
- Stephen Krashen. Principles and Practice in Second Language Acquisition (Language Teaching Methodology. 1982.